Saya kenal LPDP dari tahun 2020, saat itu memang sedang mencari beasiswa untuk berkuliah di tahun 2021 (rencana sehabis S1 langsung lanjut S2). Tapi dulu LPDP 2020 tidak menyediakan beasiswa untuk "kalangan biasa" (wkwkwk apa daya aku melihat 10 univ tertinggi dunia), yang ada hanya PMDSU dan PTUD kalo ga salah. Akhirnya sekip lah mikirin LPDP sampai lulus kuliah. Pas lulus kuliah mulai lagi mencari2 informasi S2. Niat awal ingin lanjut S2 di Fasilkom UI sudah kandas diterpa pandemi karena tidak ada beasiswa-beasiswa yang tersedia, tidak ada fast-track, tidak ada beasiswa TA, dll. Akhirnya perlu mencari cara, yang mana saat itu yang terlintas hanya LPDP, AAS, atau beasiswa master's by research dari univ/lab langsung. Beasiswa2 ini umumnya tersedia buat luar negeri sih. Tapi dulu sebenarnya pilihan yang saya pasang di otak hanya 2, fast-track di Indonesia atau kuliah ke luar negeri sekalian (sebagai bayaran penantian panjang).

Kurang lebih dari bulan Maret 2021 sebenarnya saya sudah mempersiapkan untuk mendaftar ke LPDP. Motivasi awal muncul karena mentor pasca kampus saya sendiri adalah seorang mantan awardee LPDP. Saya melihat bahwa awardee2 LPDP itu orangnya kece2 loh, pemikirannya sangat maju dan bijaksana, terlintas di pikiran saya kalau jadi awardee LPDP kayaknya enak banget ya, selain dibiayai kuliah kita bisa dapat koneksi ke orang2 hebat. Jadilah saya tergiur untuk mencoba LPDP. Saya berencana untuk sesegera mungkin daftar LPDP karena merasa perjalanan pasca kampus saya mentok, gabisa ngapain2 kalau ga S2.

Awalnya minder lah yak, karena masih fresh graduate, terus belum diterima di universitas manapun, publikasi juga belum punya. Tapi ternyata setelah saya baca kembali informasi di website LPDP, ternyata ga perlu udah punya LoA, fresh graduate pun bisa daftar loh, publikasi apalagi lah itu ga masalah. LPDP 2021 ini ada 2 Gelombang/tahap, Tahap 1 (May 2021) maupun 2 (Sep 2021) bisa diikuti untuk jalur LoA dan non-LoA. Untuk Tahap 1, paling cepat berkuliah adalah Sep 2021, sedangkan Tahap 2 adalah Jan 2022. Akhirnya mantap lah hati ingin mendaftar LPDP Tahap 1 di bulan May (deadline 31 May). Tapi ternyata banyak badai menghadang sehingga saya terbawa arus ke Tahap 2 di bulan September. Berikut gambaran timeline untuk tahap 2:

Untitled

Administrasi

Kurang lebih sebelum memulai seleksi apapun, saya selalu membuat list ToDo, agar mudah keep track requirements. Berikut ToDo yang saya buat untuk seleksi Administrasi (siapa tau bisa membantu teman2 yang lain juga)

administrasi.PNG

Pertama kali mempersiapkan berkas adalah recommendation letter di bulan Maret, yaitu meminta izin kepada dosen-dosen pilihan saya untuk melanjutkan S2 dan izin untuk stay in contact karena butuh surat rekomendasi terlepas di manapun saya mendaftar. Mereka semua sangat open dan berkata bahwa saya tinggal kirimkan saja yang dibutuhkan, draft/template, poin2, atau semacamnya. Alhamdulillah...

Di awal May, sudah membulatkan tekad untuk mendaftar LPDP sehingga bisa kuliah di bulan September. Kebetukan univ incaran saya juga deadline nya bulan May, jadi bisa jalan berbarengan. Di awal bulan May, saya sudah banyak melakukan literasi hingga membuat outline essay LPDP. Akan tetapi, ada 2 hal yg menghambat saat itu. Pertama, saya diterpa badai COVID-19. Saya sekeluarga harus dirawat di RS selama kurnag lebih dua minggu. Alih2 fokus menyiapkan beasiswa, saya malah harus fokus ke kesehatan saya. Kedua, saya salah membaca informasi (ini kenapa literasi itu penting banget!!!). Saya mengira LPDP dan universitas akan bisa berjalan berbarengan hingga kuliah di September nanti, jadi tidak butuh LoA dulu gitu karena kan saya baru mau daftar univ nya ya, jadi ga mungkin tiba2 keluar LoA, sedangkan deadline mereka berbarengan. Ketika saya mengisi formulir online LPDP saya bingung, kok tidak ada pilihan untuk memulai perkuliahan di Sep 2021. Ternyata oh ternyata di web dikatakan bahwa kuliah paling cepat September 2021 itu hanya untuk yang sudah memiliki LoA, bagi yang belum baru bisa mulai di Feb 2022. Menimbang2 segala beban deadline dan pekerjaan, akhirnya saya ikhlaskan Tahap 1 dan bertekad ke Tahap 2. Tohh.. Tahap 1 maupun Tahap 2 mulai perkuliahannya sama saja.

Di bulan Juli 2021 saya mulai serius menyiapkan berkas. Waahh awal banget ya... (tapi sebenenrya pasti ada yang lebih awal ga si ahahhah) ya iyalah kalo mau hasil terbaik mesti usaha terbaik lah, masa iya mau dapet terbaik tapi usaha seadanya, jadi saya sudah sangat bertekad untuk siap, bulan Juli sudah jalan. Berkas-berkas yang dibutuhkan LPDP kurang lebih (yah ini bisa kalian cek lah di website)

Hal pertama yg saya siapkan adalah essay komitmen di pertengahan Juli 2021, karena saya yakin ini dokumen inti dan yg paling berpengaruh buat aplikasi beasiswa saya. Saya mengembangkan essay dari outline yang sudah saya buat di bulan May. Membuat essay juga sangat niat, saya buat diagramnya, pakai referensi segala, saya ambil batas maksimal katanya, essay saya terdiri dari 1996 kata, pokoknya ga main2. Sejujurnya saya sangat menikmati proses pembuatan essay ini, karena saya jadi mengetahui dengan jelas apa yang ingin saya kejar, ke mana saya akan pergi, semuanya saya tuangkan di essay. Setelah essay selesai, saya diamkan beberapa hari untuk dibaca kembali. Kenapa?? untuk melihat ada yg salah atau tidak, karena kalau kita diamkan biasanya pikiran kita akan direset dan seperti membaca essay yang baru, dengan itu akan lebih mudah melihat kesalahan kita. Lalu saya juga meminta bantuan proof-read dari setidaknya 3 orang, ketiganya awardee LPDP. Alhamdulillah essay saya udah kece... Outline dan isinya bisa dilihat di sini, ini pure saya rangkai sendiri sih: https://drive.google.com/drive/folders/1iVXbAzKt97vHdW4hunb_zbM_Z0vTdc25?usp=sharing

Di akhir bulan Juli, saya mendaftar ke UNSW untuk dapat LoA sehingga bisa dipakai mendaftar. Qadarullah, ternyata saya belum bisa menyediakan dokumen translasi ijazah saat itu karena layanan resmi UI ditutup terkait PPKM. Akhirnya saya komunikasikam ke UNSW terkait kendala tersebut, lalu saya mendapat LoA, tapi tapi tapi ternyata LoA nya conditional... dengan syaratnya adalah dokumen translasi ijazah. Saya coba tanyakan ke call center dan bantuan LPDP, apakah LoA ini bisa digunakan atau tidak, ternyata jawabannya sudah mantap tidak bisa. Akhirnya saya mendaftar tanpa LoA. Sebenarnya ada nilai plus dan minus untuk mendaftar tanpa LoA, yaitu saya masih bisa mencoba di berbagai universitas. Dan ini sesuai dengan harapan saya, karena kalaupun daftar dengan LoA, jika dapat di univ yang lebih bagus, saya akan mengajukan perpindahan.

Lalu di awal bulan Agustus 2021, saya mengurus surat rekomendasi. Rencana saya adalah menyertakan surat rekomendasi dari 2 orang, dosen yang dekat dengan saya dan peneliti sekaligus psikiater pembimbing skripsi saya. Qadarullah wal hamdulillah saya hanya mendapat 1 dari dosen saya karena pembimbing saya sedang ada permasalahan kesehatan. Dosen saya, saya sudah sangat kenal dekat, beberapa kali juga meminta rekomendasi beliau untuk program lain. Beliau itu tipe yang tinggal tanda tangan, maka ketika mengajukan surat rekomendasi, saya sudah siap membuat draft nya. Dengan kata lain, saya harus menulis draft rekomendasi untuk diri sendiri yang ditanda tangani dosen tersebut X,X

Untuk menulis surat rekomendasi, template sudah ada di ketentuan LPDP, hanya tinggal kita menulis isi rekomendasinya. Isi rekomendasi pun saya tidak sembarangan, saya meminta tips dari seorang kakak tingkat awardee LPDP juga. Dari dia saya diberikan tips strktur surat rekomendasi yang baik, apa2 saja yg harus diceritakan. Lalu saya elaborasikan dengan perspektif dosen saya sehingga jadilah surat rekomendasi super geer nan keren untuk mendaftar LPDP. Kurang lebih memakan waktu 2 minggu untuk surat rekomendasi, karena tentunya dosen tidak gabut, jadi saya harus menunggu beberapa hari untuk dosen menjawab. Oiyaa semua informasi tentang teknisnyaa (apa2 saja yang harus dimasukkan ke surat rekomendasi) sudah tersedia di halaman sebelah yaaa.